Perempuan Ramelau

 

Foto: Puncak Gunung Ramelau -
Timor Leste - 31 Mei 2025


Perempuan Ramelau

 

Namanya tak lagi asing

familiar dalam cerita tentang budaya dan perjuangan

namanya adalah kesunyian dan pertapaan

untuk mereka yang mencintai perjalanan dengan resiko

untuk mereka yang tak mau mencapai puncak dengan kemudahan

untuk mereka yang menyatukan diri dengan alam dan warisan budaya

menggapai kemenangan dengan harapan dibalut awan langit

walau diselimuti kabut dan tebing batuan cadas…

 

Perjalanan ini tak hanya milik keperkasaan manusia adam

telapak kaki yang  ringkih lutut yang terlihat goyah

manusia hawa pemilik keberanian dan intensi

menapakan kaki langkah demi langkah dengan sangat perlahan

anak-anak tangga yang bisa dihitung dalam kesadaran

kerikil yang dapat saja membuat terpeleset

tumbangan kayu penghalang jalan

dan lumpur yang melicinkan pijakan…

 

Semua ditapaki tanpa ingkar diri sebagai peziarah

dalam gelap, nafas yang terengah, kepala yang berdenyut nyeri

reaksi lambung yang membuat mual, mata yang mulai kabur

karena dingin dan ketinggian

terangkul dalam darasan doa di kedalaman batin

terselimutkan dalam niat yang memberi kekuatan

 

Perjalanan ini tidak hanya soal pencapaian

bukan soal menggapai  puncak dengan kebanggaan

bukan soal menguji adrenalin menghadapi tebing curam

bukan hanya pemandangan eksotik yang menghipnotis

 

Perempuan Ramelau

adalah sebuah perjalanan spiritual

perjalalanan dengan kesadaran akan hakikat peziarah

dalam luka dan derita dalam tantangan dan kerapuhan diri

dalam harapan dan doa yang tak boleh putus

perjalanan ini tak pernah sepi

sebab alam dan adat budaya tak pernah terpisah dari Sang Hakikat

 

Di puncak Ramelau

telah menunggu dengan kesetiaan tanpa jeda

pemilik perjalanan dan pemilik gunung ini

perempuan Perawan Perempuan Ramelau

berdiri dengan anggun memesona

dalam tatapan dan  rentangan tangan yang berkata kepada setiap peziarah:

“kemarilah…aku selalu menunggu untuk memelukmu…ceritakanlah padaku bagaimana perjalananmu, tunjukanlah padaku telapak kakimu yang lelah dan terluka, lututmu yang goyah, biarkan aku mendengar desahan nafasmu yang terengah, bagaimana engkau harus memungut kayu untuk dijadikan tongkat, apakah engkau hampir putus asa dalam pendakian ini? apakah engkau sempat menyaksikan terbitnya mentari di atas awan gemawan?, bisikanlah padaku apa yang engkau ujudkan dalam perjalanan ini…”

 

Perempuan Ramelau

adalah ibu setiap peziarah

ziarah kehidupan yang kian tergerus peradaban

ziarah spritual yang kian terpojok oleh gempuran media sosial

 

Perempuan Ramelau

mengajarkan keberanian memulai perjalanan

tentang daya tahan dan optimisme

tentang persaudaraan dan kesatuan dengan alam dan budaya

tentang mencapai puncak dengan kerendahan hati…

 

Di atas puncak Ramelau

Perempuan Ramelau setia menunggu cerita peziarahan

dan dari langitnya yang biru terdengar suara…

“inilah Ibumu…”

 

***

Ramelau, 31 Mei 2025     komunitas dalam ziarah

 

Claudia Karangora, CIJ

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar