Jalan Panjang untuk Pulang




Jalan Panjang untuk Pulang

 

Entah aku sadari atau tidak

hari hari hidupku telah ditentukan bahkan diikat

oleh lembaran lembaran terhitung sebagai kalender

semua bergerak maju tanpa pulang untuk mengulang

tertinggal  kenangan oleh daya ingat sebisanya…

 

penanggalan boleh tak lagi berbalik

namun cerita di jalan-jalannya bisa kembali ditelusur

dalam diam dan kesunyian ruang

dalam hening dan refleksi batin

sebuah jalan panjang untuk pulang…

 

di sini…aku tak pernah sendirian

engkau dan aku ada di jalan – jalan bak petualang

unik dalam kisah dan peristiwa

dan tidak pula oleh kebetulan

jika kita dapat bersama oleh sebuah tujuan

 

dalam suatu perjumpaan yang hening reflektif

aku adalah kamu yang lain

yang yunior dengan senior

yang muda dan yang tua

yang kecil biasa dan besar dalam jabatan

perbedaan kita bukan masalah

sebab tujuan kita tetap satu yaitu pengabdian

 

di sini…

dengan kejujuran yang anggun

engkau dan aku memilih jedah menelusur jalan pulang

memberi makna pada kisah yang telah tercatat

sejauh menelusuri jalan jalan itu

 

engkau dan aku pada suatu masa diawal penanggalan

tiba di pelataran kisah

menggenggam impian tentang keindahan hidup

mendekap optimisme tentang kasih persaudaraan

memeluk asa tentang pelajaran membentuk karakter

mendidik diri biar kuat menaklukan tantangan

 

dari aku yang baru jalan ini…

aku belajar melihat keteladanan

gerak dan laku orang tua dan saudara tua

yang dianggap telah mantap mencipta kebajikan

walau aku tahu sekian sering aku tak bertahan

oleh jeritan tantangan dan jeratan media sosial

 

dari aku yang muda dan penuh impian di jalan ini…

memeluk mimpi yang menyata dalam realitas

karena keindahan tak melulu tentang kecantikan dan kegantengan

karena yang berhasil tak melulu tentang kemudahan

aku menemukan kegersangan dalam aura persaudaraan

merasakan kebimbangan dan tekanan

yang membuat gerah dan takut

mentalitas tak tahan dengan tantangan

mentalitas instan pragmatis

mentalitas bersembunyi dalam kemunafikan

hingga kejujuranpun menjadi begitu mahal

entakah kejujuran itu menghancurkan ataukah membuatku bertumbuh

sekian sering galau dan tak tau tempat dan cara mencerahkan

 

dari aku yang lagi di tengah jalan…

tengah menikmati sebaris makna dalam perjalanan

sekian sering mempertanyakan komitmen

sampai pada pepatah mudah namun mengena

maju pusing mundur tak mungkin

aku berjuang meramu kisah tentang makna pengabdian

dalam deretan kepercayaan dan pekerjaan

aku berjuang membidik tujuan

dibingkai keutamaan dan kerja keras

aku pernah jatuh dalam goda tentang kenikmatan

uang untuk mengusir kemiskinan

persahabatan untuk merawat kemurnian dan persaudaraan

dan kesetiaan yang menakar loyalitas dan daya kritis

entah kenapa aku masih di sini

harap dengan cinta yang selalu diperbaharui

bukan sekedar mempertahankan status dan harga diri

bukan sekedar rasa nyaman dan merawat diri

bukan sekedar kebersamaan yang palsu…

 

dari aku yang hampir mencapai garis finish

aku menatap jalan pulang dengan syukur dan air mata

jika aku berjalan sendirian

tak mungkin sampai pada titik ini dengan bangga

ada tapak-tapak kaki yang menemaniku sepanjang jalan

dalam derai hujan dalam panas terik kehidupan

tantangan dan rasa sakit yang pernah memelukku

tak lagi kuingat sebagai luka dan dendam

itu adalah kisah yang memberi arti pada jalanku

melukis gambaran tentang keteladanan

tentang daya tahan dan perjuangan

tentang senyuman yang membalas fitnah dan kebencian

tentang rasa syukur yang tak pernah cukup

 

di jalan pulang…

engkau dan aku adalah saudara

tak mampu untuk mendustai diri

bahwa kita pernah bertengkar

kita pernah saling menceritakan dengan fitnah dan kemarahan

kita pernah saling melukai dengan kata tajam bahkan kekerasan fisik

kita pernah saling mendiamkan dengan ego yang angkuh…

 

di jalan pulang…

aku dan engkau lebih memilih kerendahan hati

bahwa hati yang bersaudara lebih berharga dari pada tumpukan uang

aku dan engkau lebih memilih kejujuran

bahwa setiap goda kenikmatan itu hanya kepalsuan

dan kebersamaan yang jujur lebih kuat dari benteng perang

 

di jalan pulang

engkau dan aku bergandengan tangan

dengan hati yang saling memeluk dalam pengampunan

biarkan jalan pulang menjadi bermakna

 

jalan panjang untuk pulang…

***

Claudia karangora, CIJ

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Posting Komentar

0 Komentar